Simple is The New Beauty


“What is beauty?”. Suatu hari seorang lelaki menanyakan padaku. Aku bukan penggemar Kamus Besar Bahasa Indonesia pula, jadi jangan tanyakan definisi “cantik” padaku. Karena jawabanku bukan standard Bahasa Indonesia, mungkin bukan pula standardmu.
Tapi jika kamu ubah pertanyaanmu “What is simplicity?”, maka akan kujawab tegas, lugas, tanpa berpihak “it means beauty!” itu jawabku. Tuh kan… Sudah kukatakan, aku bukan penganut Kamus Besar Bahasa Indonesia mu. Bukan pula pengikut aliran sesat kebatinan yang kau takutkan itu.
Begini, kuceritakan sebuah kisahku
Disuatu pagi dingin ramadhan, cahaya matahari baru saja menyeruak dari selimut dingin malam panjangnya. Kesejukan dan kesegaran hawa pedesaan menyentuh lembut wajahku, mengalir segar melalui rongga-rongga hidung disambut ceria oleh desiran darah mengisi setiap alveoli-alveoli paru-paru mudaku…ahhh rasanya seluruh tubuh ini serasa segar kembali. Mataku memandang jauh dan luas permadani-permadani hijau yang tak hentinya memanjakan dan menyegarkan mata yang setengah ngantuk dan perih akibat terpaan serangga dan angin pagi.
Entah kenapa lagi-lagi mataku serasa terpanggil  oleh sebuah tanaman rumput kecil nan sederhana. “Kesinilah” serasa ia memanggil halus. Fisiknya kecil, batangnya ramping, berbulu halus namun lebat. Setelah kulihat jelas kuncupnya yang kecil dan berwarna kuning dan putih dengan jelas, langsung saraf-saraf diotak ku membuka kembali semua kenangan masa kecil. “Apa kau mengingatku?” Tanya nya. Dengan senyum sumringah, hatiku langsung membalas “Tentu shahabat kecilku, bagaimana mungkin ku bisa melupakanmu. Bukankah aku pernah memetik kuncup-kuncup mu untuk membuat sebuah mahkota kecil untuk seorang gadis cantik masa kecilku” jawabku sembari mengingat kembali semua kenangan masa kecil bahagiaku.
Aku bahagia kau masih mengingat aku, walaupun aku tak secantik mawar, semewah anggrek ataupun sewangi melati dan Jeumpa, yang kumiliki hanya tangkai yang tipis dan panjang ini, kuncupku pun tak seberapa indah dibandingkan indahnya kelopak mahkota mawar ataupun anggrek” jawabnya terharu. Tampak aura kebahagiaan meliputi sekitar tubuh mungil dan juga sekitar teman-teman sejawatnya. “Mengapa harus merasa rendah dihadapan mawar dan anggrek itu? Kau sama indahnya dengan mereka, bahkan lebih baik dari mereka” kataku mencoba menghiburnya. “Seharusnya aku yang berterima kasih kepada mu, karena kau rela berkorban demi kebahagian dan kecerianku dan teman-teman masa kecil” tambahku. “Tapi apalah yang bisa dibanggakan dari ku? Rasanya sekarang tak ada lagi yang membutuhkan ku lagi, bahkan memangdangku pun tak pernah lagi, apalagi mengetahui nama ku. Coba kau tanyakan pada sahabat-sahabatmu, apakah mereka mengetahui nama ku? Pasti tidak! Mereka hanya mengenal mawar, anggrek dan melati, tak lebih!” tiba-tiba ia pun bersedih.
“heyy…apakah kau mengetahui alasan ku memilihmu dulu?? Masa kecilku, aku tak mengerti makna kemewahan, yang kuketahui adalah makna keceriaan, kebahagiaan. Dimasa kecilku, aku tak memiliki kekayaan untuk membeli benda-benda megah, yang kumiliki hanyalah keinginan tulus untuk sedikit membawa keceriaan pada shahabat terbaikku, dan kau adalah hal terindah yang bisa kupersembahkan. Bagiku kesederhanaan dan sifat bersahaja mu adalah lambang kecantikan dan keindahan. Keahlianmu untuk hidup diberbagai tempat adalah sumber kekayaanku yang tak terbatas untuk membeli sebuah kecerian kecil bagi shahabatku. Sifatmu yang tak angkuh dan kemurahan hatimu telah menjadikan masa kecilku lebih berwarna dan penuh kenangan bahagia”. Tambahku menanggapi raut kesedihan diwajah kecilnya.
Apakah itu benar?? Jawab cerianya. “Yup, itu benar!” jawabku sambil tersenyum. “Oleh karena itu, tak perlu kau bersedih hati dan membandingkan dirimu dengan kemewahan mawar dan anggrek. Karena mereka tidak memiliki sifat sederhana dan pemurah sepertimu. Batang mawar dilindungi oleh duri tajam yang mampu melukai manusia, walaupun kelopaknya indah, tapi ia rapuh. Begitu juga dengan anggrek, walaupun ia indah dan mewah anggrek tidak bisa hidup disembarang tempat dan ia perlu perawatan yang mahal dan rumit” Tambahku sigap dan rumput itupun ceria kembali. “Bolehkah aku memotret mu sebagai kenangan terindah masa kecilku untuk cucu-cucu masa depan ku nanti?” Tanyaku. “Tentu saja” jawabnya Senang!
Setelah mengambil beberapa potret dirinya, akupun melanjutkan perjalananku menuju kota Sigli untuk bertemu sahabat-sahabat terbaik dan bercerita kepada mereka tentang pertemuanku dengan bunga rumput itu Sungguh shahabat, keindahan tidaklah selalu datang dalam bentuk kemewahan yang mahal, modern dan selalu butuh perawatan rutin. Namun keindahan juga lahir dari sifat sederhana, pemurah, ketulusan hati. Keindahan ini akan lebih bertahan lama dan senantiasa membawa keceriaan dan kebahagian bagi makhluk sekitarnya. Manusia mencapai puncak terindahnya ketika ia bermanfaat bagi alam dan makhluk lainnya.






Simple is The New Beauty Simple is The New Beauty Reviewed by Unknown on 3:25 PM Rating: 5

11 comments:

  1. Sederhana dan menawan ... Bahasa yang sederhana (mudah dicerna) namun menawan hati-hati untuk mengiyakan dan melantunkan syair-syair kebajikan ke dalam sikap dan perbuatan ...

    ReplyDelete
  2. dan jika bunga rumput tertiup angin, aromanya itu nyaman sekali menggelitik hidung...

    keren, kak Hasbi :)

    ReplyDelete

Powered by Blogger.